TUO6BUOpGUd9BUYpGSroBSGiGY==
Light Dark
Hari Suci Tilem Sebagai Momentum Intropeksi Diri

Hari Suci Tilem Sebagai Momentum Intropeksi Diri

Daftar Isi
×

SINGARAJA FM,-Secara Etimologis, istilah Tilem berasal dari Bahasa sansekerta, yang kemudian diserap ke dalam Bahasa Bali. Kata Tilem berasal dari gabungan kata dalam Bahasa sansekerta  “Ti” berarti tidak, ”Lem”  berasal dari akar kata yang berarti cahaya atau sinar. Jadi, Tilem secara etimologis berarti tidak ada cahaya atau gelap gulita. Hari Suci Tilem merupakan salah satu hari suci umat Hindu yang jatuh setiap bulan mati atau saat bulan tidak tampak di langit (fase bulan baru). Kata Tilem sendiri berarti “gelap” atau hilangnya bulan.Hari Tilem memiliki makna spiritual dalam bagi umat hindu di bali. Tilem datang 30 hari sekali, tepatnya di hari ke-30 dalam siklus bulan menurut kalender Saka. Hari Tilem dianggap sebagai hari yang suci dipercaya sebagai waktu perenungan diri, penyucian diri dan memohon petunjuk kepada Ida Sang Hyang Wasa. Hari Tilem bukan hanya bagian dari rutinitas kegamaan, melaikan juga momen penting untuk menyeimbangkan aspek sekala dan niskala. Dalam sloka ini dijelaskan bagaimana kita seharusnya menjadi pribadi yang mampu mengenali diri kita secara nyata.

Uddhared atmanatmanam

 natmanam avasadayet,

            Atmaiva hy atmao bandhur

atmaiva ripur atmanah

                                    (Bhagavad Gita VI.5)

Artinya : Seharusnya seseorang mengangkat dirinya oleh dirinya sendiri Janganlah seseorang membuat dirinya sendiri terjatuh. Sebab hanya pikiran sendirilah sesungguhnya sahabat dari diri dan pikiran sendiri juga musuh dari diri.

Pada dasarnya Hari suci tilem menekankan pentingnya pengendalian diri, pembersihan batin terhadap diri sendiri. Karena yang mendasari kesadaran perorangan pada umumnya dalam kehidupan sehari-hari tidak  bisa dibandingkan dengan hal yang terakhir. Apabila kita tidak merealisasikan kehidupan sehari-hari yang tanpa tujuan,tidak relevan dan kita jorok,atman sesungguhnya akan menjadi musuh dari kehidupan kita sehari-hari. Atman semesta dan diri pribadi tidaklah bertentangan satu dengan yang lainnya. Atman semesta bisa jadi sahabat atau musuh dari diri pribadi. Apabila kita menundukkan nafsu dan kemuaan-kemauan kecil kita, apabila kita tidak menekankan kemauan kita yang bersifat mementingkan diri sendiri,kita akan menjadi saluran penghubung dari atman semesta. Apabila dorongan kemauan kita berada dalam pengendalian dan apabila diri kita menyerahkan dirinya kepada atman semesta, maka yang belakangan ini akan menjadi penuntun dan guru kita. Sehingga setiap orang memiliki kebebasan untuk bangkit atau jatuh dan masa depan kita ditangan kita. Karena pada hakekatnya yang maha tinggi ada pada diri kita yaitu kesadaran. 

 Hari Suci Tilem di Bali memiliki dasar sastra yang kuat.terutama dalam kaitannya dengan hari suci untuk melakukan penyucian diri (spiritual dan fisik) serta pemujaan kepada sang hyang surya. Hari tilem karena tidak ada cahaya bulan, umat hindu sebaikanya menyembah Hyang Sang Surya sebagai sumber terang dan memohon penerangan batin. Hal kecil yang bisa kita lakukan mulai dari diri sendiri  adalah melakukan sembah bhakti dan meminta pembersihan secara spiritual. Adapun Landasan filosofi dan sastra salah satunya sloka:

 

“Yunjann evam sadatmanam

 yogi niyata manasah,

santim nirvana-paramam

mat-samstham adhigacchati”

                                    (Bhagavad Gita VI.15)

Artinya : Yogi yang pikirannya sudah ditundukkan, yang selalu menjaga dirinya

dalam harmoni, mencapai kedamian, nirvana Maha Tinggi, yang bersemayam dalam diriku.

Kehidupan manusia modern zaman sekarang memang menghadirkan banyak tangtangan mental yang membuat proses intropeksi diri menjadi  sulit sehingga momentum Hari Suci Tilem sebagai  waktu terbaik untuk introfeksi diri dan penyucian diri  pada waktu ketika energi spiritual berada dalam kondisi kuat, dimana umat hindu diharapkan mampu melakukan brata upawasa (puasa). Dimana praktik spiritual berupa pantangan (brata) dan puasa (upawasa) yang kita jalankan dengan tujuan penyucian diri, pengendalian indera, serta pendekatan diri kepada Tuhan. Upaya atau langkah kecil yang bisa kita lakukan untuk diri sendiri adalah puasa penuh tidak makan dan minum sama sekali dari matahari terbit hingga terbenam, puasa ringan masih boleh makan dan minum tapi hanya hanya sekali, menahan diri dari berkata-kata  (mona brata) bicara seperlunya saja, puasa tirta hanya minum tirta (air suci selama puasa), tidak hanya puasa makanan atau minum, tetapi juga tidak melalukan aktivitas duniawi seperti bersenang-senang, lebih banyak digunakan untuk meditasi, sembahyang dan kontemplasi.

Hari tilem selain hari baik untuk melakukan puasa kita percaya hari suci tilem sebagai waktu yang sangat baik untuk melakukan penyucian diri secara lahir dan bhatin. Ritual yang bisa kita lakukan yaitu dengan melukat di pura Tirta (Sumber mata air suci) untuk membersihkan energi negative. Pilih tempat yang sudah disucikan secara niskala, jangan melukat hanya untuk ”wisata spiritual”, tapi niatkan untuk pemurnian diri. Dalam lontar Usadha Taru Pramana sangat jelas di jelaskan:

                                    “ Toya Tirtha ngaraning amerta,

ngicalang mala ring sasira”

Artinya: Air Suci (Tirta) adalah amerta (air kehidupan) yang mampu mengapus kotoran dari tubuh.Dengan kata lain air suci diyakini mampu membersihkan  mala atau kotoran baik kotoran bhatin (dosa/energy negative dari tubuh kita).

Tilem juga momen tenang untuk bermeditasi, memohon petunjuk serta mengkoreksi kesalahan diri. Karena tidak adanya cahaya bulan yang tampak, diyakini sebagai symbol untuk masuk ke dalam kegelapan batin demi menemukan cahaya sejati (kesadaran). Jadi kesempatan dihari suci tilem kita umat Hindu selaku manusia yang paling mulia dapat  memperbaiki banyak hal dan menempuh perbaikan diri salah satunya kita bisa melakukan langkah-langkah kecil yaitu merenung apa yang sudah kita lakukan, apa kesalahan-kesalahan yang perlu diperbaiki, kekurangan dalam sifat dan sikap apa yang harus dirubah dan diperbaiki, Mengkoreksi diri dengan membuat niat untuk menjadi manusia yang lebih sabar,jujur dan penuh cinta kasih kepada semua. memberikan apresiasi ke diri sendiri berupa ucapan terima kasih  karena sudah selalu kuat, baik dan selalu terus mau berubah menjadi lebih baik untuk diri sendiri.

Situasi yang serba cepat dan kompetitif membuat banyak manusia terjebak dalam rutinitas yang padat dan penuh tekanan, Minimnya waktu untuk diri sendiri, jadwal perkejaan yang menumpuk dan distraksi digital mengurangi hening dan juga butuh ketenangan. Sedangkan manusia juga sangat penting untuk mengambil Kesempatan Intropeksi ke dalam diri,untuk menambah energi ke diri sendiri serta berbicara dari hati ke hati untuk mencapai ketenangan dalam situasi apapun, dengan kita melaksanakan hari suci tilem kita mampu membawa diri menjadi manusia yang selalu terus menjadi lebih baik dari sebelumnya. Seperti ada pada kutipan :

 

Apuryamnam acala-pratistham

Samudram apah pravisanti yadvat,

Tadvat kama yam pravisanti sarve

Sa santimapnoti na kama-kami

                                                            (Bhagavad Gita.II.70)

Artinya : Dia kepada siapa semua nafsu memasuki dirinya bagaikan aliran-aliran air sungai yang masuk ke dalam laut, yang walaupun terus-terusan di isi akan tetapi tetap pada gerak dan tenang, akan mencapai kedamaian dan bukan dia yang memeluk semua nafsu.

Tilem juga dalam Lontar Sundarigama merupakan salah satu sumber utama dalam penentuan hari-hari umat Hindu di Bali, tilem termasuk dalam “paksa” yaitu system penanggalan berdasarakan peredaran bulan. Sehingga makna Filosofis Kegelapan bulan (tilem) diibaratkan sebagai saat untuk melihat ke dalam diri, mengolah bhatin, dan membersihkan kotoran rohani. Kita lihat “Paksa” dalam tilem mencerminkan perubahan , akhir dari siklus lama dan persiapan untuk awal baru.  Dengan malam yang tergelap yang memberikan sebuah implementasi kepada semua makhluk di muka bumi untuk paham akan hakekat hidupnya. Yang dalam kehidupan ini kita sangat  perlu Refleksi Hati jika kita merasa sedih, bingung atau kehilangan arah, jangan sesekali menyalahkan orang yang diluar, namun lihatlah kedalam diri kita sendiri. Sehingga kita mampu melatih kesadaran diri, mampu mengembangkan nilai-nilai cinta kasih, kejujuran kesabaran dan jadilah sahabat bagi pikiranmu sendiri lewat meditasi, japa, karma yoga dan yang tidak kalah penting adalah intropeksi, untuk bisa mengendalikan nafsu juga perlu pengendalian diri.

Maka Hari Suci Tilem  bisa dimaknai dalam semangat sebagai waktu untuk melatih ketenangan bhatin yang menekankan pentingnya menjadi manusia yang selalu melakukan introfeksi diri. Sehingga hari suci tilem bukan saja menjadi sebutan harinya untuk sembahyang saja namun memberikan energi baru untuk menyambut bulan baru dengan semangat positif. Karena sejatinya tidak ada musuh luar yang lebih kuat dari pada pikiran yang tidak terkendalikan. Bhagavad Gita secara garis besar melatih umat Hindu untuk mampu memahami apa, bagaimana dan untuk apa kelahiran kita sebagai manusia. Sehingga Kitab Suci mewacanakan kelahiran manusia adalah kelahiran yang utama.

 

Penulis : Made Puspa Mardiani Sibang.S.Sos.H.,M.Pd



0Komentar

sn
sn
Special Ads