SINGARAJA FM,-Secara Etimologis, istilah Tilem berasal dari Bahasa sansekerta, yang kemudian diserap ke dalam Bahasa Bali. Kata Tilem berasal dari gabungan kata dalam Bahasa sansekerta “Ti” berarti tidak, ”Lem” berasal dari akar kata yang berarti cahaya atau sinar. Jadi, Tilem secara etimologis berarti tidak ada cahaya atau gelap gulita. Hari Suci Tilem merupakan salah satu hari suci umat Hindu yang jatuh setiap bulan mati atau saat bulan tidak tampak di langit (fase bulan baru). Kata Tilem sendiri berarti “gelap” atau hilangnya bulan.Hari Tilem memiliki makna spiritual dalam bagi umat hindu di bali. Tilem datang 30 hari sekali, tepatnya di hari ke-30 dalam siklus bulan menurut kalender Saka. Hari Tilem dianggap sebagai hari yang suci dipercaya sebagai waktu perenungan diri, penyucian diri dan memohon petunjuk kepada Ida Sang Hyang Wasa. Hari Tilem bukan hanya bagian dari rutinitas kegamaan, melaikan juga momen penting untuk menyeimbangkan aspek sekala dan niskala. Dalam sloka ini dijelaskan bagaimana kita seharusnya menjadi pribadi yang mampu mengenali diri kita secara nyata.
Uddhared atmanatmanam
natmanam avasadayet,
Atmaiva hy atmao bandhur
atmaiva ripur atmanah
(Bhagavad Gita VI.5)
Artinya : Seharusnya
seseorang mengangkat dirinya oleh dirinya sendiri Janganlah seseorang membuat
dirinya sendiri terjatuh. Sebab hanya pikiran sendirilah sesungguhnya sahabat
dari diri dan pikiran sendiri juga musuh dari diri.
Pada dasarnya Hari suci
tilem menekankan pentingnya pengendalian diri, pembersihan batin terhadap diri
sendiri. Karena yang mendasari kesadaran perorangan pada umumnya dalam
kehidupan sehari-hari tidak bisa
dibandingkan dengan hal yang terakhir. Apabila kita tidak merealisasikan
kehidupan sehari-hari yang tanpa tujuan,tidak relevan dan kita jorok,atman
sesungguhnya akan menjadi musuh dari kehidupan kita sehari-hari. Atman semesta
dan diri pribadi tidaklah bertentangan satu dengan yang lainnya. Atman semesta
bisa jadi sahabat atau musuh dari diri pribadi. Apabila kita menundukkan nafsu
dan kemuaan-kemauan kecil kita, apabila kita tidak menekankan kemauan kita yang
bersifat mementingkan diri sendiri,kita akan menjadi saluran penghubung dari
atman semesta. Apabila dorongan kemauan kita berada dalam pengendalian dan
apabila diri kita menyerahkan dirinya kepada atman semesta, maka yang
belakangan ini akan menjadi penuntun dan guru kita. Sehingga setiap orang
memiliki kebebasan untuk bangkit atau jatuh dan masa depan kita ditangan kita.
Karena pada hakekatnya yang maha tinggi ada pada diri kita yaitu
kesadaran.
Hari Suci Tilem di Bali memiliki dasar sastra
yang kuat.terutama dalam kaitannya dengan hari suci untuk melakukan penyucian
diri (spiritual dan fisik) serta pemujaan kepada sang hyang surya. Hari tilem
karena tidak ada cahaya bulan, umat hindu sebaikanya menyembah Hyang Sang Surya
sebagai sumber terang dan memohon penerangan batin. Hal kecil yang bisa kita
lakukan mulai dari diri sendiri adalah
melakukan sembah bhakti dan meminta pembersihan secara spiritual. Adapun
Landasan filosofi dan sastra salah satunya sloka:
“Yunjann evam
sadatmanam
yogi niyata manasah,
santim nirvana-paramam
mat-samstham
adhigacchati”
(Bhagavad Gita VI.15)
Artinya : Yogi yang
pikirannya sudah ditundukkan, yang selalu menjaga dirinya
dalam harmoni, mencapai
kedamian, nirvana Maha Tinggi, yang bersemayam dalam diriku.
Kehidupan manusia
modern zaman sekarang memang menghadirkan banyak tangtangan mental yang membuat
proses intropeksi diri menjadi sulit
sehingga momentum Hari Suci Tilem sebagai
waktu terbaik untuk introfeksi diri dan penyucian diri pada waktu ketika energi spiritual berada
dalam kondisi kuat, dimana umat hindu diharapkan mampu melakukan brata upawasa
(puasa). Dimana praktik spiritual berupa pantangan (brata) dan puasa (upawasa)
yang kita jalankan dengan tujuan penyucian diri, pengendalian indera, serta
pendekatan diri kepada Tuhan. Upaya atau langkah kecil yang bisa kita lakukan
untuk diri sendiri adalah puasa penuh tidak makan dan minum sama sekali dari
matahari terbit hingga terbenam, puasa ringan masih boleh makan dan minum tapi
hanya hanya sekali, menahan diri dari berkata-kata (mona brata) bicara seperlunya saja, puasa tirta
hanya minum tirta (air suci selama puasa), tidak hanya puasa makanan atau
minum, tetapi juga tidak melalukan aktivitas duniawi seperti bersenang-senang,
lebih banyak digunakan untuk meditasi, sembahyang dan kontemplasi.
Hari tilem selain hari
baik untuk melakukan puasa kita percaya hari suci tilem sebagai waktu yang
sangat baik untuk melakukan penyucian diri secara lahir dan bhatin. Ritual yang
bisa kita lakukan yaitu dengan melukat di pura Tirta (Sumber mata air suci)
untuk membersihkan energi negative. Pilih tempat yang sudah disucikan secara
niskala, jangan melukat hanya untuk ”wisata spiritual”, tapi niatkan untuk
pemurnian diri. Dalam lontar Usadha Taru Pramana sangat jelas di jelaskan:
“ Toya Tirtha ngaraning amerta,
ngicalang mala ring
sasira”
Artinya: Air Suci
(Tirta) adalah amerta (air kehidupan) yang mampu mengapus kotoran dari
tubuh.Dengan kata lain air suci diyakini mampu membersihkan mala atau kotoran baik kotoran bhatin
(dosa/energy negative dari tubuh kita).
Tilem juga momen tenang
untuk bermeditasi, memohon petunjuk serta mengkoreksi kesalahan diri. Karena
tidak adanya cahaya bulan yang tampak, diyakini sebagai symbol untuk masuk ke
dalam kegelapan batin demi menemukan cahaya sejati (kesadaran). Jadi kesempatan
dihari suci tilem kita umat Hindu selaku manusia yang paling mulia dapat memperbaiki banyak hal dan menempuh perbaikan
diri salah satunya kita bisa melakukan langkah-langkah kecil yaitu merenung apa
yang sudah kita lakukan, apa kesalahan-kesalahan yang perlu diperbaiki,
kekurangan dalam sifat dan sikap apa yang harus dirubah dan diperbaiki,
Mengkoreksi diri dengan membuat niat untuk menjadi manusia yang lebih
sabar,jujur dan penuh cinta kasih kepada semua. memberikan apresiasi ke diri
sendiri berupa ucapan terima kasih
karena sudah selalu kuat, baik dan selalu terus mau berubah menjadi
lebih baik untuk diri sendiri.
Situasi yang serba
cepat dan kompetitif membuat banyak manusia terjebak dalam rutinitas yang padat
dan penuh tekanan, Minimnya waktu untuk diri sendiri, jadwal perkejaan yang
menumpuk dan distraksi digital mengurangi hening dan juga butuh ketenangan.
Sedangkan manusia juga sangat penting untuk mengambil Kesempatan Intropeksi ke
dalam diri,untuk menambah energi ke diri sendiri serta berbicara dari hati ke
hati untuk mencapai ketenangan dalam situasi apapun, dengan kita melaksanakan
hari suci tilem kita mampu membawa diri menjadi manusia yang selalu terus
menjadi lebih baik dari sebelumnya. Seperti ada pada kutipan :
Apuryamnam
acala-pratistham
Samudram apah
pravisanti yadvat,
Tadvat kama yam
pravisanti sarve
Sa santimapnoti na
kama-kami
(Bhagavad
Gita.II.70)
Artinya : Dia kepada
siapa semua nafsu memasuki dirinya bagaikan aliran-aliran air sungai yang masuk
ke dalam laut, yang walaupun terus-terusan di isi akan tetapi tetap pada gerak
dan tenang, akan mencapai kedamaian dan bukan dia yang memeluk semua nafsu.
Tilem juga dalam Lontar
Sundarigama merupakan salah satu sumber utama dalam penentuan hari-hari umat
Hindu di Bali, tilem termasuk dalam “paksa” yaitu system penanggalan
berdasarakan peredaran bulan. Sehingga makna Filosofis Kegelapan bulan (tilem)
diibaratkan sebagai saat untuk melihat ke dalam diri, mengolah bhatin, dan
membersihkan kotoran rohani. Kita lihat “Paksa” dalam tilem mencerminkan
perubahan , akhir dari siklus lama dan persiapan untuk awal baru. Dengan malam yang tergelap yang memberikan
sebuah implementasi kepada semua makhluk di muka bumi untuk paham akan hakekat
hidupnya. Yang dalam kehidupan ini kita sangat
perlu Refleksi Hati jika kita merasa sedih, bingung atau kehilangan
arah, jangan sesekali menyalahkan orang yang diluar, namun lihatlah kedalam
diri kita sendiri. Sehingga kita mampu melatih kesadaran diri, mampu
mengembangkan nilai-nilai cinta kasih, kejujuran kesabaran dan jadilah sahabat
bagi pikiranmu sendiri lewat meditasi, japa, karma yoga dan yang tidak kalah
penting adalah intropeksi, untuk bisa mengendalikan nafsu juga perlu
pengendalian diri.
Maka Hari Suci
Tilem bisa dimaknai dalam semangat
sebagai waktu untuk melatih ketenangan bhatin yang menekankan pentingnya
menjadi manusia yang selalu melakukan introfeksi diri. Sehingga hari suci tilem
bukan saja menjadi sebutan harinya untuk sembahyang saja namun memberikan
energi baru untuk menyambut bulan baru dengan semangat positif. Karena sejatinya
tidak ada musuh luar yang lebih kuat dari pada pikiran yang tidak
terkendalikan. Bhagavad Gita secara garis besar melatih umat Hindu untuk mampu
memahami apa, bagaimana dan untuk apa kelahiran kita sebagai manusia. Sehingga
Kitab Suci mewacanakan kelahiran manusia adalah kelahiran yang utama.
Penulis : Made Puspa
Mardiani Sibang.S.Sos.H.,M.Pd
0Komentar