![]() |
| Siobak Khe Lok |
SINGARAJA FM,-Ketika menyebut siobak,
masyarakat Bali hampir pasti langsung teringat pada masakan khas Buleleng.
Hidangan tradisional berbahan dasar daging babi ini telah melekat sebagai ikon
kuliner daerah tersebut. Popularitas siobak Buleleng tak lepas dari sosok almarhum
Tan Khe Lok, warga keturunan Tionghoa yang lahir dan besar di Buleleng,
sekaligus pencipta racikan autentik sejak tahun 1963.
Ketut Antara, putra
almarhum, saat ditemui di tempat usahanya belum lama ini menceritakan kembali
perjalanan panjang kuliner tersebut. Menurutnya, sang ayah mulai menjual siobak
berbahan dasar daging babi pada tahun 1963. Cita rasanya yang khas dan berbeda
membuat hidangan ini cepat digemari oleh masyarakat dari berbagai kalangan.
“Bapak selalu bilang,
kunci kelezatan ada pada bumbu,” ujar Antara. Tan Khe Lok meracik bumbu yang
diberi nama “Loh Yang”, perpaduan kuah siobak berbasis kecap manis dan kecap
asin. Kaldunya dibuat dari tulang kepala babi, ditambah tauco, cabai kecil, dan
sedikit tepung maizena untuk memberikan tekstur yang lebih kental dan kaya
rasa.
Warisan resep ini tidak
hilang seiring waktu. Setelah Tan Khe Lok meninggal dunia pada 1971, Antara
bersama ibu dan saudara-saudaranya meneruskan usaha siobak tersebut dengan
tetap mempertahankan resep asli ciptaan almarhum. Hingga kini, racikan autentik
itu masih digunakan dan menjadi ciri khas yang membedakan Siobak Babi Khe Lok
dengan siobak lainnya.
Untuk menjaga keaslian
resep keluarga dari pembajakan, Antara bahkan telah mengusulkan hak paten atas
nama Siobak Babi Khe Lok. Langkah itu diambil sebagai bentuk penghormatan
sekaligus upaya mengabadikan nama sang ayah sebagai pencipta racikan legendaris
tersebut.
Popularitas siobak
warisan Tan Khe Lok terus bertahan hingga kini. Tidak hanya warga Buleleng atau
masyarakat Bali yang merindukan cita rasanya, tetapi juga para penikmat kuliner
dari berbagai kota besar di Indonesia yang sengaja datang demi mencicipi
kelezatan siobak legendaris tersebut.

0Komentar