SINGARAJA FM,-Setiap enam bulan sekali tepatnya soma wuku Sinta umat Hindu di seluruh Nusantara merayakan Hari Soma Ribek, yang dalam tradisi Hindu Bali merupakan momen untuk memuliakan padi, kesejahteraan, dan juga uang sebagai sarana hidup, namun perayaan ini bukan sekadar ritual menyimpan hasil bumi atau harta, melainkan sebuah pengingat spiritual agar kita memperlakukan uang bukan sebagai tuan, tetapi sebagai pelayan Dharma.
Pembelajaran nilai kehidupan sangat bergantung dari bagaimana kita memandang arti dari dua hal yang sangat krusial, antara kebutuhan dan keinginan,di tengah era digital saat ini, kita menyaksikan fenomena yang memprihatinkan, semakin banyak orang yang kehilangan pegangan hidup, bahkan memilih jalan bunuh diri. Data global maupun nasional menunjukkan kasus bunuh diri meningkat di Bali, tentu sangat miris, Bali yang merupakan pulau impian, pulau penuh kedamaian, pulau dengan seribu Dewa, pulau penuh keindahan menyimpan takbir yang memilukan, kasus bunuh diri yang mencuat dengan fenomena pemberitaan yang viral dari kasus bunuh diri terutama di kalangan generasi muda yang merasa tertekan oleh standar sosial, ekonomi, maupun tuntutan media digital. Fenomena tentang pandangan dari beberapa kalangan yang menganggap uang adalah segalanya, sehingga ketika ekonomi runtuh, jiwa pun ikut runtuh.
Uang dalam Perspektif Dharma dan Prema tentu mengisyaratkan setiap umat untuk mampu memilah nilai uang dari sudut Dharma dengan dilandasi oleh etika yang tepat dalam menggunakan uang. Pengetahuan yang memuliakan fungsi uang dalam ajaran Hindu, uang disebut sebagai Dana bukan tujuan, tetapi alat untuk melakukan Dharma. Kitab suci mengingatkan kita,
> yat karoṣi yad
aśnāsi yaj juhoṣi dadāsi yat
yat tapasyasi kaunteya
tat kuruṣva mad-arpaṇam
(Bhagavad Gītā IX.27)
“Apapun yang engkau
lakukan, apapun yang engkau makan, apapun yang engkau persembahkan, lakukanlah
itu sebagai persembahan kepada-Ku.”
Artinya, termasuk uang
yang kita miliki. Bila digunakan dengan Premacinta kasih yang tulus dan
universal uang menjadi suci, membawa kebahagiaan, dan mampu menyembuhkan luka
jiwa.
Pesan moral yang
memberi ruang uang dalam Prema berarti,
1. Melayani sesama dengan
berbagi dan menolong tanpa pamrih.
2. Melayani para dewa
dengan yadnya dan menjaga kesucian alam.
3. Melayani leluhur
dengan Pitra Yadnya dan keluarga dengan kasih.
4. Melayani diri
sendiri bukan untuk keserakahan, tetapi untuk tumbuh dalam Dharma.
Tri Ṛṇa sebagai
Pengendali Hidup
Dalam Mahābhārata,
Anuśāsana Parva 165.40, ditegaskan:
> Ṛṇa-trayaṁ
pratibaddho ’yaṁ yadā jīvenābhipadyate
“Sejak lahir, manusia
telah terikat oleh tiga utang (ṛṇa).”
Tiga utang itu adalah
Deva Ṛṇa, Ṛṣi Ṛṇa, dan Pitṛ Ṛṇa.
Inilah pengingat bahwa hidup bukan hanya untuk
diri sendiri. Uang yang kita miliki adalah titipan untuk membayar utang suci
ini.
Bila kita melupakan Tri
Ṛṇa, kita akan merasa hidup hampa meskipun memiliki harta. Kekosongan batin
inilah yang kerap mendorong orang jatuh pada depresi hingga bunuh diri.
Relevansi Era Digital dapat dijabarkan dari
beberapa fenomena yang sedang marak dan viral.
Kemajuan yang serba
digital dapat diakses dari manusia yang
mudah terjebak pada ilusi kebahagiaan.
Media sosial menampilkan
kesuksesan palsu yang diukur dengan uang.
Generasi muda merasa
gagal bila tidak mampu mengikuti standar konsumtif.
Tekanan ekonomi
diperparah oleh perbandingan diri yang tak sehat.
Hari Soma Ribek hadir
sebagai penyeimbang, mengingatkan bahwa uang seharusnya menghidupi jiwa, bukan
membunuhnya, dengan Prema, uang bisa menjadi jembatan untuk saling menopang,
bukan dinding pemisah yang menjerumuskan dalam kesepian.
Pesan Spiritual yang memberi sesuluh kehidupan
bukan hanya paham akan arti dari hari Soma Ribek yang terpenting adalah langkah
nyata dan implementasi dalam bentuk tindakan dan aksi nyata berupa pelayanan
yang sangat mulia, yakni dengan memandang,
1. Uang bukan tujuan,
tetapi sarana pelayanan.
2. Prema adalah obat
jiwa. Uang yang dipakai dalam cinta kasih akan melahirkan kebahagiaan sejati.
3. Tri Ṛṇa adalah pengendali. Dengan ingat pada hutang suci ini, kita tak akan kehilangan arah walau berada dalam tekanan hidup.
Sebagaimana Bhagavad
Gītā XVI.1–3 menegaskan bahwa sifat ilahi salah satunya adalah dānaṁ (suka
memberi). Memberi dengan kasih dapat menjadi obat bagi orang lain, bahkan bagi
luka batin kita sendiri.
Melalui perayaan Hari
Soma Ribek, marilah kita renungkan kembali,
Apakah uang kita sudah
menjadi alat pelayanan dalam Prema?
Apakah rejeki kita
sudah menyentuh sesama, sehingga mampu mencegah jiwa-jiwa rapuh memilih jalan
bunuh diri?
Mari kita jadikan uang
bukan sekadar simbol materi, melainkan jalan untuk membayar Tri Ṛṇa dan menebar
cinta kasih (Prema) dengan demikian, hidup kita akan berisi, bermakna, dan
penuh kedamaian.
Motivasi Spiritual
untuk membuka kesadaran diri dapat dijabarkan,
“Uang yang dipakai
untuk diri sendiri hanya akan habis, tetapi uang yang dipersembahkan dalam
cinta kasih akan berlipat menjadi berkah dan penyembuh jiwa.”
“Soma Ribek
mengingatkan: uang bukanlah tuan yang memperbudak, melainkan pelayan Dharma
yang menghidupi jiwa dengan kasih.”
Oleh, Luh Irma
Susanthi, S.Sos.,M.Pd
Koordinator Penyuluh
Agama Hindu Kecamatan Kubutambahan.
0Komentar