SINGARAJA FM,-Untuk pertama kalinya dalam 67 tahun keberadaan Pemerintah Provinsi Bali, terdapat program “Satu Keluarga, Satu Sarjana.”
Program yang digagas
Wayan Koster di masa pemerintahannya yang kedua sebagai Gubernur Bali ini akan
mulai dijalankan Agustus 2025, saat tahun ajaran baru bagi para mahasiswa.
Kisah perjuangan
pendidikan Gubernur Koster dari anak petani hingga menjadi seperti saat ini lah
yang menginspirasi untuk melahirkan satu sarjana di satu keluarga meski pun
kondisi ekonomi keluarga itu termasuk kategori tidak mampu.
Keluarganya harus
menjual ayam dan sapi agar Koster bisa kuliah di ITB.
“Saya dari keluarga
yang rumahnya berlantai tanah. Tapi karena semangat dan kerja keras, saya bisa
kuliah dan bertahan di Bandung. Kalau saya bisa, anak-anak Bali juga bisa!”
tegasnya.
Koster menegaskan, ini
bukan soal pencitraan dirinya atau kepala daerah lain. Ini adalah gotong royong
lintas pemerintahan untuk membangun masa depan Bali yang lebih adil dan maju
melalui pendidikan.
“Kalau program ini
dijalankan serius, maka tahun 2030 kita akan punya puluhan ribu sarjana baru
generasi emas Bali yang siap kerja, siap menciptakan lapangan kerja, dan tidak
bergantung pada orang tua,” sebutnya.
Ia mengaku sempat
melakoni pekerjaan sambilan sebagai guru les saat menjadi mahasiswa di Institut
Teknologi Bandung (ITB). Pekerjaan sebagai guru les ini dilakoninya sambil
menjual buku. Jatuh bangun dan kerja keras mengantarkannya menjadi dosen hingga
kemudian anggota DPR RI 3 periode dan menjabat Gubernur Bali sebanyak 2
periode.
Oleh karena itu, ia
berharap kepada generasi muda untuk dapat menjadikan kesempatan menempuh
pendidikan tinggi melalui program satu keluarga satu sarjana ini sebagai ajang
memperkaya pengetahuan. Sehingga, ke depan dapat melahirkan generasi-generasi
muda yang kritis untuk membangun keluarga dari kemiskinan dan membangun Bali.
Gubernur Bali, Wayan
Koster mengungkapkan latar belakang lain dari lahirnya program ini adalah untuk
meningkatkan kualitas SDM Bali yang unggul. Ia melihat angka partisipasi kasar
masuk ke perguruan tinggi di Bali masih cukup rendah.
Meskipun sudah lebih
tinggi dari nasional. Namun, pada 2024 angka partisipasinya 38 persen. Ia
berkeinginan untuk menaikkan angka ini menjadi di atas 50 persen.
Sehingga untuk
mendukung program SDM Bali unggul, meningkatkan kualitas SDM, daya saing di
Bali dan luar Bali, perlu digalakkan program ini.
Untuk mendukung program
ini, sebanyak 28 perguruan tinggi di Bali baik negeri maupun swasta telah
melakukan penandatanganan kerja sama dengan Pemprov Bali, di Gedung Kertha
Sabha, Rumah Jabatan Gubernur Bali, Selasa (29/7/2025).
Gubernur Koster
mengatakan program ini diprioritaskan kepada keluarga kurang mampu dan keluarga
yang belum memiliki sarjana.
Untuk memastikan ini,
Gubernur Koster memerintahkan Dinas Sosial Provinsi Bali termasuk perguruan
tinggi bersangkutan untuk mengecek betul agar syarat penerima benar-benar
memenuhi persyaratan yang ada.
Koster mengatakan pada
tahap awal program ini ditanggung APBD Bali selama 4 bulan untuk biaya
semesternya serta biaya hidup serta kos bulanannya. Biaya hidup tersebut mulai
diberikan pada September hingga Desember 2025.
Untuk biaya hidup dari
makan hingga keperluan sewa kos di wilayah Badung dan Denpasar, per mahasiswa
mendapatkan Rp 1,4 juta per bulan dari Pemprov Bali. Bagi mahasiswa yang
berdomisili di Buleleng dan Karangasem akan menerima bantuan sebesar Rp 1,2
juta per mahasiswa setiap bulan.
Sehingga, selama 4
bulan pertama pada tahun ini untuk biaya semesteran dan kost, Pemprov
menganggarkan Rp9,7 miliar untuk 1.450 mahasiswa.
Di 2026, anggaran untuk
1.450 mahasiswa sekitar Rp 27 miliar. Jumlah ini belum termasuk penambahan
kuota pada tahun ajaran baru di tahun 2026.
“Ini kalau terus
berjalan, di tahun keempat sudah ada 5.000 lebih mahasiswa. Dan tahun keempat
itu dianggarkan Rp109 miliar. Semua dari APBD,” tegasnya.
Koster menegaskan tidak
ada pungutan uang gedung dan uang pendaftaran bagi calon mahasiswa baru
tersebut. Bahkan, hingga tamat dibiayai secara gratis.
Koster menargetkan pada
2026, semua pemerintah kabupaten kota se-Bali terlibat dalam program satu keluarga
satu sarjana. Saat ini, baru kabupaten Gianyar yang telah menjalankannya.
Program ini, lanjut
Koster, bukan sekadar pendidikan, tetapi gerakan keadilan sosial dan investasi
masa depan Bali.(KMB)
0Komentar