SINGARAJA FM,-Menjadi mahasiswa dituntut untuk memiliki kreativitas dalam menciptakan hal-hal yang baru , hal itu coba diterapkan oleh mahasiswa universitas Pendidikan Dengan menciptakan karya yang menyimbolkan kritikan Lewat Pameran Kuasa Lipstik Mahasiswa Undiksha kritik kondisi Lingkungan
Kritikan yang mereka gambarkan yang terjadi terhadap
kondisi lingkungan yang terjadi di Indonesia, maupun di Bali pada khususnya
lewat karya yang menggambarkan kondisi lingkungan saat ini
Seperti halnya
Pembangunan yang ugal-ugalan, tanpa berpihak pada alam dan kepentingan
masyarakat, justru berdampak buruk terhadap kehidupan.
Kritik tersebut
dituangkan dalam pameran seni rupa bertajuk “Kuasa Lipstik”. Pameran
berlangsung di Galeri Paduraksa Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Undiksha.
Pameran akan berlangsung hingga Minggu (20/7/2025).
Tercatat ada 19 orang
mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa yang ikut ambil bagian dalam
pameran tersebut. Mereka menuangkan karya melalui berbagai genre.
Sebanyak tiga orang
mahasiswa terjun pada bidang seni intermedia, lima orang membuat karya yang
berkaitan dengan kriya tekstil, dua orang membuat karya berbasis seni lukis.
Selain itu ada karya
dalam format prasi, kriya kayu, dan kriya keramik masing-masing diikuti oleh
seorang mahasiswa, seni grafis sebanyak dua orang mahasiswa, serta Desain
Komunikasi Visual sebanyak 4 orang mahasiswa.
Salah satu karya yang
menarik adalah karya seni instalasi yang berjudul Surga yang Disemen. Karya itu
dibuat oleh Made Bayu Ariada.
Karyanya terbuat dari
resin dan bubur kertas. Dari karya tersebut, ia berusaha mengkritik pembangunan
yang kebablasan.
Karyanya berupa sebuah
tiang beton yang menjulang di atas pasir pantai. Lewat karya itu ia menyoroti
keberadaan fasilitas akomodasi pariwisata bodong yang kian menjamur di Bali.
Bayu bercerita, karya
tersebut sebenarnya berawal dari rasa resah diri sendiri. Ia sering melancong
ke pantai. Tahun demi tahun, ia mendapati pantai semakin sesak dengan akomodasi
pariwisata.
“Semakin banyak
pembangunan di pesisir Bali ini. Saya mengkritik lewat simbol pembangunan yang
tidak selesai. Bahwa ini bukan hanya pembangunan yang kebablasan, tapi juga mencabut ruang publik yang
seharusnya dinikmati masyarakat luas,” ujarnya Jumat (18/07)
Dalam pameran itu,
rata-rata para mahasiswa membuat karya dalam kurun waktu dua bulan. Adapun
pameran tersebut sudah berlangsung sejak Rabu (9/7/2025) lalu.
Perupa yang terlibat
dalam pameran yakni Kadek Rifkyandi Septyan (prasimologi), Made Bayu Ariada
(seni intermedia), I Putu Yogantara (seni intermedia), Ketut Sastrawan (seni
intermedia), Kadek Windi Kurniadewi (seni grafis), Komang Andi Laksama Putra
(kriya kayu).
Selanjutnya ada I Ketut
Rai Ariadi Nugraha (seni grafis), Laela Farndatul Alifah (kriya tekstil),
Muhammad Effendi (kriya tekstil), Kadek Mas Sri Lestari (kriya tekstil), Gusti
Ayu Rani Hitayanti (kriya tekstil), Putri Ana Sabilillah (kriya keramik), Kadek
Ananda Budi Winaya (kriya tekstil).
Ada pula Sagita Imtias
Rahmani (seni lukis), Gede Angga Jayastrawan (desan komunikasi visual), Bonefasius
Elan (seni lukis), Made Ardy Suputra (desain komunikasi visual), Muhammad
Haikal Fazri (desain komunikasi visual), dan Ari Purnama Aji (desain komunikasi
visual).
0Komentar