SINGARAJA FM,-Keresahan tentang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2025 di Bali kembali muncul. Di Bali, dilaporkan bahwa ribuan siswa tidak memiliki akses ke sekolah negeri. Banyak orang tua, bahkan siswa, mengadu tentang hal ini, yang menyebabkan reaksi keras dari DPRD Bali.
Ditemui di Singaraja
pada Senin (14/7/2025), Kadek Setiawan, anggota Komisi III DPRD Bali,
menyatakan bahwa sejak pengumuman Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) di
tingkat SMA/SMK, banyak aduan yang diajukan oleh masyarakat. Aduan disebut beragam, mulai dari anak yang
tercecer hingga tidak mendapatkan jurusan yang diinginkan. Meskipun siswa sudah memenuhi persyaratan. Selain itu, sangat miris bahwa beberapa siswa
yang sangat berprestasi tidak dapat diterima.
“Setelah pengumuman
PPDB, dari pukul 6 sore keatas saya menerima laporan dari banyak orang tua.
Banyak anak-anak yang tercecer, tidak terakomodir sama sekali, padahal mereka
sudah memilih tiga sekolah dan memiliki nilai tinggi,” ujar Kadek Setiawan.
Menurutnya, bukan guru
atau sekolah yang menyebabkan masalah, tetapi sistem yang dievaluasi yang tidak
siap. Dia menyesal bahwa kebijakan
selalu berubah setiap pergantian pemerintahan.
Ini pasti akan membuat orang tua dan siswa bingung. Dia juga meminta evaluasi kembali dari
Pemerintah Provinsi Bali, khususnya Disdikpora Provinsi.
“Saya terima laporan
dari Buleleng saja, ada 500 siswa tidak dapat sekolah negeri. Itu belum dari
Denpasar, Badung, Gianyar,”Imbuh Politisi PDI Perjuangan ini.
Selain itu, Setiawan
menekankan fakta di lapangan bahwa banyak siswa harus memilih jurusan atau
sekolah yang tidak mereka inginkan karena data telah dikunci di sistem dapodik.
"Kalau sudah dapat sekolah negeri, entah suka atau tidak, harus
diterima." Dia menyimpulkan,
"Kalau dipindah-pindah, justru sistem yang hancur."
Ia pun meminta orang
tua bersabar dan memberi waktu satu minggu kedepan agar pemerintah bisa
melakukan penyesuaian. Ia menjanjikan bahwa anak-anak yang tercecer akan tetap
diakomodir sesuai amanat undang-undang wajib belajar.
“Tolong bersabar. Kami
berupaya agar semua anak bisa dapat sekolah. Yang penting bukan favorit atau
tidak, tapi pendidikan itu adalah kebutuhan, bukan keinginan,” pungkasnya.
0Komentar