SINGARAJA FM,-Setiap fase kehidupan
memberi nuansa pada laku kehidupan. Perjuangan hidup seseorang memberi
pelajaran untuk merefleksikan dirinya agar paham tentang hakikat kelahiran
sebagai proses perjalanan Sang Roh. Menurut pandangan Hindu, setiap kelahiran
manusia memiliki empat bekal kehidupan yang disebut Catur Bekal Numadi. Keempat
bekal itu adalah suka, duka, lara, pati.
Setiap manusia akan menua dan pada saatnya nanti, pasti mati. Namun,
belakangan, semakin banyak orang justru mencari mati sebelum saatnya. Fenomena
itu disebut Ulah Pati. Beragam cara dilakukan orang untuk Ulah Pati itu. Ada
dengan cara gantung diri, menceburkan diri ke jurang atau bangunan tinggi,
minum racun, menusuk diri senbaja ugal-ugalan di jalan raya hingga mengalami
kecelakaan dan sebagainya. Mengapa fenomena Ulah Pati justru menjadi
tren?
Mari merenung sejenak
untuk menjawab teka-teki dan misteri hidup ini secara tepat. Pengetahuan dan pemahaman terhadap kelahiran
adalah langkah sederhana. Kelahiran itu sendiri menurut Hindu menyimpan sejuta
makna. Hanya saja pemahaman setiap orang tentang kelahiran pasti berbeda-beda. Pengetahuan tentang konsep dan pemahaman
Agama Hindu itu penting bagi setiap pemeluknya. Sejatinya, belajar tentang
Hindu bukan sebatas sembahyang, yoga, meditasi,
tirthayatra, beracara (mebanten) dan sebagainya. Belajar Hindu itu termasuk belajar selalu
mensyukuri nafas (bahasa Bali : angkihan) yang dikaruniai Hyang Widhi sehingga
kita bisa hidup. Langkah awal meskipun
sederhana, tetapi berdampak besar bagi sebuah penghormatan terhadap kehidupan. Hidup kita penuh pasang-surut,
terkadang bahkan seringkali ekspektasi atau harapan (das sollen) tidak sesuai
dengan realita atau kenyataan (das sein). Irtulah kenapa kita penting menjaga
hati dan kesadaran.
Hati dalam pandangan
Hindu disebut dengan Padma Hredaya, tempat bersemayam Sang Hyang Atma, sebagai
Sang pemberi kehidupan yang memberi warna dan arah hidup manusia. Pustaka Suci
Lontar Parasara Dharmasastra menyebutkan orang yang melakukan Ulah Pati, rohnya
akan terkurung di alam kegelapan di alam Neraka selama 60.000 tahun. Jika ini
dibayangkan, maka sangatlah menyeramkan dan menakutkan. Bila setiap pemeluk
Hindu paham betapa maha berat dan dahsyatnya hukuman itu, maka semestinya setiap orang Hindu berpikir seribu
kali untuk Ulah Pati. Itulah kenapa leluhur kita terdahulu selalu memberi
pembelajaran agar kita selalu menjaga hati (keep your heart)
Salah satu contoh
sederhana dari tetua kita. Setiap bangun pagi sebelum matahari terbit, kita
diajarkan, awali hari dengan berjalan kaki pagi, menghirup udara segar bahkan
tetua kita berjalan dengan beban di pundaknya. Di jaman dahulu, tetua kita selalu
berdamai dengan dirinya, membuka ruang hati dan ikhlas (lascarya nekeng saking
tuas) untuk menerima karunia Tuhan.
Simpel tetapi memberi makna luar biasa untuk selalu merefleksi hati
dengan belajar bersyukur betapa mulianya kelahiran sebagai manusia. Pustaka
Suci Sarasamuccaya Sloka 2 memberi makna keutamaan manusia di antara ciptaan
Tuhan yang lainnya. Lahir sebagai manusia sungguh utama dan mulia. Karunia idep (bahasa Bali : papineh) adalah
anugerah Hyang Widhi. Gunakanlah idep
sebaik-baiknya agar kita sebagai wujud rasa syukur kepada Sang Pencipta.
Gagal merefleksikan hati adalah bentuk penolakan dan ketidakmampuan seseorang
dalam memaknai kelahiran dan kehidupan.
Hindu mengajarkan kita
berlatih sejak dini untuk menjaga idep, terus menyempurnakan diri melalui
proses belajar, selalu bersyukur. Kita diajarkan mensyyukuri setiap keadaan,
percaya dan shukuri betapa banyak hal yang berharga dan berkualitas yang kita
miliki dan menanti kita. Ibarat latihan senam pagi, menoleh ke samping kanan,
kiri, atas bawah, untuk mengasah kesadaran kita. Latihan itu penting setiap
saat, tatkala kita senang, sedih, terpuruk bahkan sudah kehilangan arah hidup
sekali pun. Manusia memiliki subconscious mind (pikiran bawah sadar) dan
pikiran sadar.
Latihan Pranayama (pernafasan) adalah teknik tercepat sebagai alarm mendamaikan hati. Ingat ajaran Agama Hindu tentang hukum Karmaphala dan tiada cobaan yang ada di luar kendali manusia. Tingkatkan Sradha dan Bhakti dengan latihan terkecil dalam proses yang tepat, alur yang singkat untuk kesehatan mental agar kuat penuh vibrasi spiritual. Langkah sederhana ini adalah kontribusi yang luar biasa untuk memaknai hidup dan betapa indahnya hati yang penuh syukur atas karunia Sang Pencipta yang disebut Padma Hredaya.Kasus bunuh diri menurut data Pusat Informasi Kriminal Nasional atau Pusiknas Kepolisian Republik Indonesia Polri terjadi 1228 kasus bunuh diri pada tahun 2003, naik 42,75% dari yang hanya 902 menjadi 1288 .Bali berada di peringkat 3 yaitu 135 kasus bunuh diri, menurut dokter kesehatan jiwa RS prima Medika dr.Monica Joy R.Sp.KS hasil wawancara dengan Bali post menyebutkan faktor utama dari bunuh diri adalah depresi dan juga faktor biologis dan psikososial, salah satu kasus kakak adik yang melakukan bunuh diri di jembatan Tukad Bangkung pada akhir Mei lalu menjadi indikasi bahwa kepedulian sosial lingkungan terutama keluarga inti dan masyarakat adat sudah jauh berkurang, berbagai kesulitan yang dialami oleh kakak adik seolah-olah tidak berusaha dicarikan solusi oleh masyarakat terdekat padahal Bali dikenal memiliki ikatan sosial yang sangat erat karena keberadaan desa adat. Akademisi UNHI Denpasar Dr I Gusti Ketut Widana menyebutkan perubahan sosial masyarakat Bali diduga menjadi pemicu tingginya angka bunuh diri karena masa remaja adalah masa perubahan, masa pembentukan identitas, membangun harga diri dan menjalin hubungan diri, dari pemaknaan itulah penting sekali kita sebagai umat untuk dapat menghargai hakikat nafas yang diberikan Tuhan oleh kita dalam bentuk latihan Yoga dan meditasi .Yoga dalam pustaka Suci Ghanapati Tatwa adalah jalan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan ,melalui jalan meditasi Yoga dalam Ganapati Tatwa mampu memberikan kontribusi positif bagi penekunnya yaitu timbulnya rasa cinta dalam diri ,ketika mampu mencintai diri maka akan mampu mencintai sesama dan semua ciptaan Tuhan, sebagaimana disebutkan dalam Pustaka Suci Sarasamuscaya sloka 50, yoga adalah latihan mendasar rasa syukur bahwa kelahiran kita memiliki misi penting dalam menuntaskan Karma masing masing dengan latihan Yoga sirkulasi darah akan semakin seimbang sehingga olah pikiran juga selaras. latihan Yoga dan meditasi memberi ruang agar pikiran sampah punah dan menjadi pikiran yang sangat terasah, karena dalam latihan Yoga salah satunya teknik pranayama atau mengatur nafas akan menjadikan hidup kita lebih terarah tanpa harus mengalami kebingungan lagi dalam menemukan hakikat kesadaran diri. Sebagai umat yang mampu memantapkan hati dalam menjalankan ajaran agama dalam sebuah kesederhaan berpikir mari selalu asah wiweka kita agar selalu terarah dalam melakoni setiap lagu kehidupan dalam proses pembelajaran diri. Pustaka Suci Bhagawad Gita 5.2 memberikan isyarat kehidupan bahwa jalan karma yoga diharapkan mampu untuk mengendalikan ego seseorang dan mengarahkan semua hasil pekerjaannya hanya untuk Tuhan .Yoga memberi nilai positif bagi tubuh jasmani dan rohani sehingga ketika setiap umat mampu untuk melaksanakan teknik Yoga dan meditasi semoga dapat menekan angka bunuh diri yang terjadi di Bali, mari pahami hakikat Yoga dan meditasi sebagai bentuk aplikasi bahwa pentingnya kehidupan yang terarah agar selalu memberi nuansa yang baik dan mampu untuk bersyukur dalam setiap keadaan.
Oleh: Luh Irma Susanthi, S.Sos, M.Pd
( Penulis adalah Penyuluh Agama Hindu Kantor Kementerian Agama Kabupaten Buleleng)
0Komentar