SINGARAJA FM,-Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng memastikan pembangunan jembatan permanen di kawasan Sistem Pertanian Terpadu (Integrated Farming) Banyuasri, Kecamatan Buleleng, akan dimulai pada tahun 2026.
Anggaran pembangunannya
telah dimasukkan ke dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(RAPBD) 2026 dan tinggal menunggu persetujuan legislatif.
Langkah ini dilakukan
setelah jembatan bailey yang selama ini digunakan sebagai akses utama ditarik
oleh Kodam IX/Udayana. Penarikan tersebut karena jembatan tersebut sangat
dibutuhkan untuk penanganan pasca bencana banjir bandang di Kabupaten Nagekeo,
Nusa Tenggara Timur (NTT).
Bupati Buleleng I
Nyoman Sutjidra menjelaskan, meskipun penarikan jembatan bailey ini menimbulkan
kendala akses, pengembangan kawasan pertanian terpadu tidak akan terhenti.
“Sudah dimasukkan dalam RAPBD 2026. Tinggal menunggu persetujuan legislatif,”
ujarnya, Jumat (3/10/2025).
Menurut Sutjidra,
kawasan pertanian terpadu Banyuasri memiliki peran strategis sebagai
laboratorium pertanian Pemkab Buleleng. Lahan di lokasi tersebut diketahui
sangat subur dan cocok untuk berbagai komoditas unggulan. Ke depannya, kawasan
ini akan dijadikan area percontohan sebelum dikembangkan lebih luas oleh para
petani.
“Di sana akan diberikan
percontohan beberapa komoditas unggulan Kabupaten Buleleng, kemudian baru bisa
disebarluaskan ke petani-petani,” ucap Bupati asal Desa Bontihing, Kecamatan
Kubutambahan ini.
Untuk diketahui,
jembatan baja bailey yang sebelumnya digunakan memiliki bentangan sepanjang 33
meter, lebar 6,2 meter, dan tinggi hampir dua meter. Jembatan tersebut dipinjam
dari Kodam IX/Udayana sejak Januari 2024 hingga Mei 2024, lalu diperpanjang,
sebelum akhirnya ditarik kembali untuk digunakan di wilayah bencana.
0Komentar