TUO6BUOpGUd9BUYpGSroBSGiGY==
Light Dark
Kisah Pilu Putu  Mertayasa Korban KMP Tunu Pratama Jaya

Kisah Pilu Putu  Mertayasa Korban KMP Tunu Pratama Jaya

Daftar Isi
×

SINGARAJA FM,-Rumah Putu Mertayasa (43) di Jalan Pulau Serangan, Kelurahan Penarukan, Buleleng, dipenuhi dengan suasana duka pada Kamis (10/7/2025) pagi.Sopir truk tronton pengangkut besi Surabaya-Denpasar yang menjadi salah satu korban tenggelam KMP Tunu Pratama Jaya pada Rabu (2/7/2025).

Istri korban, Kadek Sudiartini (38), masih terlihat sedih karena tidak percaya, Mertayasa juga menjadi korban tenggelam kapal di Selat Bali.

Menurut Kadek Sudiartini, beberapa kejanggalan terjadi sebelum suaminya berangkat ke Surabaya untuk mengambil muatan besi.  Perjalanan suaminya ke Surabaya tampaknya tidak berjalan lancar karena kejanggalan ini.

Kejanggalan pertama, disebut Sudiartini, saat hendak mengantar suami menuju terminal Sangket, dompetnya tertinggal. “Bisanya suami bawa motor ke gudang Tabanan. Namun kali ini saya tumben ingin mengantar sampai Terminal Sangket. Suami lantas naik kendaraan umum menuju gudang Tabanan,” jelas Sudiartini.

Tidak lama kemudian, saat tiba di gudang truk di Tabanan, aki truk yang akan dibawa ke Surabaya untuk mengambil barang meledak tiba-tiba. Sudiartini juga diberitahu tentang hal ini.

Namun, Sudiartini berkata, "Bosnya bilang ganti di Surabaya saja. Seakan-akan ada yang "menahan" untuk tidak jalan."

Terakhir, disebutkan bahwa Mertayasa sempat mengirimkan update WhatsApp sebelum insiden kapal tenggelam itu. Korban menuliskan "Ti Be", yang berarti mati.

Dengan menunjukkan baris panjang yang menunggu untuk menaiki kapal KMP Tunu Pratama Jaya, status ini dibuat beberapa menit sebelum kejadian.  Dia juga menambah, "Suami saya tidak ada kabar sejak itu."

Keesokan harinya, Sudiartini segera menghubungi Putu Mertayasa karena adik iparnya memberi tahu dia bahwa ada kapal tenggelam di Selat Bali.  Namun, handphone korban tidak berfungsi.

Bahkan Sudiartini sempat menghubungi rekan kerja korban.  “Teman kerjanya memastikan jika suami saya naik kapal itu,” ujarnya

. Dia segera menuju ke Pelabuhan Gilimanuk bersama beberapa keluarganya untuk memastikan informasi itu benar.  Mereka terus menunggu informasi di posko pencarian dari pagi hingga malam tanpa hasil.

Sang suami tidak hadir hingga hari keenam pencarian.  Jadi, dia memilih untuk kembali ke Buleleng.  "Ketika setiap tim SAR menemukan jenazah, jantung ini serasa berhenti."tuturnya

Puncak penantian datang dalam mimpi bagi Sudiartini. Dua malam sebelumnya, dia sempat bermimpi bahwa sang suami akan pulang.

Namun, dalam mimpi itu, Mertayasa disebut hanya memakai celana dan tanpa pakaian. "Dia bilang, "Besok mulih (pulang), Bu." Besoknya benar, petugas telepon bilang jenazah suami sudah ditemukan," katanya.

Putu Mertayasa, meninggalkan empat anak, yakni Luh Eka Sintyawati (19), Kadek Teguh Adi Pratama (16), Komang Agus Prandika (11), dan balita berusia 17 bulan, Ketut Dika Oka Permana. “Anak paling kecil sering tanya, ‘Bapak di mana?’ Saya cuma bisa peluk,” ujar Sudiartini.

Sebagaimana direncanakan, jenazah Putu Mertayasa dikremasi di Setra Adat Buleleng.  Namun, keluarga saat ini masih menunggu waktu yang tepat. "Rencana kita kremasi, namun masih menunggu hari baik," katanya.




0Komentar

sn
sn
Special Ads