SINGARAJAFM,-Musim Hujan menjadi ancaman akan meningkatnya kasus Demam Berdarah Degue (DBD) Diawal Tahun 2025,hal itu membuat upaya penecagahan dioptimalkan, salah satu nya melalui program Pemantau Jentik ( Jumantik . Hal ini diharapkan sebagai langkah tepat pencegahan penyebaran nyamuk Aedes Aegypti, penyebab utama penyakit DBD yang kembali menunjukkan peningkatan kasus.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Buleleng Nyoman Budiastawan,
saat dikonfirmasi, mengungkapkan bahwa berdasarkan data epidemiologis,
puncak kasus DBD tahun 2024 terjadi pada April dengan 348 kasus. Namun, sejak
November 2024, jumlah kasus kembali meningkat, dengan 111 kasus pada November,
171 kasus pada Desember, dan mencapai 120 kasus pada Januari 2025.
"Angka ini menjadi peringatan bagi kita
semua untuk mencegah lonjakan lebih besar, khususnya saat musim penghujan
mengingat musim penghujan biasanya menjadi penyebab merebaknya DBD,"
ujarnya.
Untuk menanggulangi penyebaran DBD,
Dinas Kesehatan mendorong partisipasi aktif masyarakat melalui program
"Satu Rumah Satu Jumantik". Program ini mengajak setiap rumah tangga
menunjuk satu anggota, idealnya ibu rumah tangga, sebagai pemantau jentik di
lingkungan masing-masing. “Ibu rumah tangga sangat strategis karena mereka yang
sering membersihkan rumah dan paling mengenal kondisi lingkungan sekitar,”
jelas Nyoman Budiastawan.
Sementara itu, Gede Wahyu,
pengelola program DBD Dinas Kesehatan Buleleng, menjelaskan teknis penanganan
kasus demam berdarah diawali dengan laporan kasus dari rumah sakit yang
mengonfirmasi adanya demam tinggi. Kasus ini kemudian diteruskan ke Puskesmas
untuk penyelidikan epidemiologi guna memastikan keberadaan jentik nyamuk dan
potensi penyebaran penyakit.
“Fogging adalah langkah terakhir
jika kondisi sudah tidak terkendali. Namun, fogging hanya membunuh nyamuk
dewasa, sementara jentik yang tidak diberantas dapat menetas kembali dan
melahirkan ratusan nyamuk baru dalam satu minggu,” jelas Wahyu.
Ia juga menyoroti pentingnya peran
masyarakat dalam PSN, terutama di beberapa desa yang saat ini masih memiliki
kasus cukup tinggi meski telah dilakukan upaya massal. "Semua pihak, dari
karang taruna hingga ibu rumah tangga, diharapkan aktif dalam kegiatan
PSN," tambahnya
0Komentar